Pendahuluan
Era globalisasi dan Perdagangan bebas dewasa ini yang diperparah oleh krisis moneter dan banyaknya para pemodal asing yang memindahkan modalnya ke negara Jiran vietnam, menambah carut marutnya lapangan kerja baru bagi anak negeri. Belum lagi setiap hari adanya demo para pegawai atau buruh yang menuntut kenaikan gaji yang tidak layak fasilitas kerja dan ngejomplangnya gaji antara Asing dan Melayu membuat para pengusaha menjadi gerah. Kesempatan kerja sangat sedikit sedang para pencari kerja melimpah. Para jebolan Perguruan Tinggi tidak segan melamar kerja walaupun kesempatan itu sebenarnya ditujukan untuk jebolan SMA atau SMU. Ratusan ribu baik S1 atau S2 yang membutuhkan lapangan kerja setiap tahun karena Perguruan Tinggi dewasa ini sudah menjamur di kota-kota besar tetapi juga ke kota kecil termasuk kota kecil sipirok yang nota bena hanya ibukota kecamatan tetapi sudah akan direncanakan untuk mendirikan “Universitas Sibualbuali” apabila mantan Keresidenan Tapanuli meningkat statusnya menjadi Propinsi.
I. Bidang Pekerjaan Tidak Harus Sesuai Dengan Pendidikan
Dhea Roy sebut saja begitu sesuai panggilannya dimana nama sebenarnya adalah Elfriede Roy memetik nama Elfriede Harder karena ompungnya adalah seorang ’’Par Haluaon Nagok pautusan’’ (pauatik dengan haluaon nagok). Dimana baik sebelum tidur maupun sesudah bangun pagi selalu menyanyikan lagu dari Haluaon Nagok dilembahToi Sibohi yang terkenal hawa dinginnya.
Dhea Roy sudah selesai test ujinyali masuk Bank Pemerintah sudah selesai pendidikan dan tinggal menandatangani surat perjanjian kerja 3 bulan percobaan dan kalau baik hasilnya dianggap jadi pegawai tetap. Dhea Roy bingung atau dibingungkan oleh sebuah boss di Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) karena Dhea Roy seorang insinyur dibidang Pertanian sedangkan tenaga yang dibutuhkan adalah Teller D3 perbankan. Atas saran Jakudair gurunya akhirnya surat perjanjian ditanda tangani dan 5 tahun kemudian dia dipindahkan ke bagian kredit menjadi analis (naik jabatan). Pada saat Banknya ada penerimaan Analis (S1) untuk bidang pertanian/perkebunan Dhea Roy sudah mantap dibidangnya sesuai kebutuhan atas tenaga Pertanian karena bank tempat kerjanya sedang membiayi perkebunan kelapa sawit di Padang Bolale mantan. Untung Dhea Roy mau mendengar perkataan gurunya karena kalau tidak belum tentu dia bisa diterima karena saingannya sesudah beberapa tahun pasti akan lebih berat lagi mendapatkan lapangan pekerjaansesuai bidang pendidikan dan tingkat Pendidikan. Dewasa ini sudah sangat susah. Walaupun ada saingan sudah ribuan. Lihat saja dimana kalau dibuka bursa tenaga kerja atau oleh salah satu Televisi Swasta yang membutuhkan tenaga ‘’hanya beberapa puluh orang saja’’ maka ribuan orang sudah mendaftar dan seleksi/test diadakan digedung olahraga Senayan Jakarta.
Melihat jumlah orang yang membludak sedemikian rupa saja sebagai peserta sudah pasrah, kalah sebelum bertempur mencari pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan kecuali pendidikan dibidang kurang seperti paramedis, parawisata, perhotelan, transportasi atau kedinasan sudah sangat langka karena lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya lulusan Perguruan Tinggi (Universitas dan Akademi) sehingga banyak orang berprinsip asal ada kerja dengan status tamatan SMA/SMU saja tidak apa asal ada gaji dam meningkatkan status (maksudnya bekerja tidak jadi pengangguran).
II. Bidang Pekerjaan Tidak Sesuai Dengan Keinginan
Mungkin seseorang sudah mendapat pekerjaan tetapi bidang tersebut bukan bidang yang di senangi atau bidang yang diharapkan, hal tersebut pasti akan membuat dirinya tidak betah atau tidak happy untuk itu perlu kita kaji sbb:
1. Lapangan pekerjaan sudah sangat sempit di Indonesia. Tempat kita kerja sudah ditunggu ribuan orang untuk menggantikan kita, untuk itu sepanjang belum ada tempat lain maka kita harus berusaha bekerja sebaik mungkin karena bidang tersebut memberi kita makan.
2. Kalau kita keluar berarti kita jadi pengangguran berarti menjadi beban orangtua apa tidak malu anak lulusan perguruan tinggi tetapi masih diberi makan oleh orangtua. Kalau kita anak tunggal bisa saja tetapi kalau mereka banyak bisa memusingkan orangtua.
3. Kalau tidak buka saja usaha sendiri sesuai dengan bidang yang disenangi pasti kerjanya nanti bisa santai dan happy.
III. Bidang Pekerjaan Tidak Sesuai Dengan Gaji Yang Diharapkan
Berbicara soal gaji di Indonesia selalu jadi masalah karena :
1. Perusahaan besar Asing selalu membedakan gaji pegawainya antara orang asing dan pribumi sehingga kadang membuat iri para pegawai pribumi dengan jumlah gaji yang sangat tidak seimbang. Contoh beberapa hari yang lalu para pegawai pribumi pertambangan di tembaga pura demo besar soal gaji dan akhirnya tuntutannya diterima dan sekarang mereka sudah bekerja kembali dan perusahan lainnya seiring terjadi hal demikian.
2. Ada ‘’Bank Swasta Nasional’’ yang gaji pegawainya ditetapkan sesuai keturunan (katanya) gaji seorang pegawai pribumi dengan pendidikan S1 masa kerja lima tahun (katanya) lebih kecil dari bangsa keturunan dengan pendidikan D3 dengan masa kerja 0 tahun. Mereka tidak bisa berbuat apa karena ditempat lain tidak ada lowongan. Sai naadong ima di parhajop katanya mengutip palsafah batak.
3. Upah minimum Provinsi.
Untuk para pegawai dipabrik pasar swalayan dan lainnya oleh pemerintah sudah ditetapkan gajinya dengan pengupahan sesuai regional dengan upah minimal provinsi misalnya untuk Jakarta diatas Rp 900.000 tetapi dalam kenyataanya banyak diantara mereka yang sesuai kemampuan perusahaan mereka digaji upah dibawah Upah Minimum Regional/Provinsi(UMR/UMP), hal ini bisa disebabkan kemampuan perusahaan benar terbatas atau memang perusahaan berusaha menekan gaji pegawainya menjadi minimal dibawah UMR/UMP.
Akibatnya sering kita berpikiran atau lihat dimedia kaca para buruh/pegawai demokrasi menuntut upah sesuai UMR.
IV. Membekali Diri Untuk Bersaing
Para pencari kerja sejak dini (mulai SD). Sudah harus mempersiapkan diri untuk bersaing baik untuk melanjutkan pendidikan kejenjangan yang lebih tinggi maupun nantinya untuk mencari pekerjaan. Lapangan kerja yang sangat sempit mengakibatkan para pencari tenaga kerja terutama perusahaan besar dan mapan membuat persyaratan yang ketat antara lain sbb:
1, Lulusan S1 dengan index prestasi keseluruhan (IPK) untuk Universitas Negeri
minimal 2,75 dan Universitas/Perguruan Tinggi Swasta minimal 3,00.
2. Lulus test lisan dan tulisan yang diadakan biasanya 7 atau 8 kali test termasuk wawancara terakhir.
3. Fasih berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dan mampu untuk surat menyurat (koresponden).
4. Mampu mengoperasikan komputer sampai dengan sistem tertentu.
5. Bersedia ditempatkan dimana saja diseluruh Indonesia.
Berarti mereka yang dinilainya dibawah minimal tersebut sudah jelas tidak ada kesempatan lagi untuk bersaing. Dan malahan untuk bidang tertentu ditetapkan lagi. Minimal tinggi badan dll sedangkan gaji tidak disebut karena sudah ada ketentuan dan ketetapan perusahaan yang baku.
V. Jalan Keluar
Bagi seorang pencari kerja dari bidang umum maka perlu diperhatikan sbb :
1. Kita tidak bisa memilih pekerjaan sesuai bidang pendidikan dan sesuai tingkat. Pendidikan kita tetapi apapun pekerjaan itu yang jelas dapat menghidupi diri kita dan itu harus kita sayangi dan laksanakan dengan baik sesuai job yang ada. Kalau ada kepastian mendapat pekerjaan lain yang lebih baik ‘’monggo’’ saja. Ada yang berselorah ‘’sekarang ini mencari kerja yang haram saja sudah susah apa lagi yang halal” katanya.
2. Kita harus mempersiapkan diri sejak dini untuk kebutuhan tersebut diatas tadi untuk les bahasa dan les komputer dll karena hal tersebut akan selalu berkembang.
3. Mengadakan koneksi untuk bekerja bukan zamannya lagi karena baik perusahaan besar maupun Instansi Pemerintah selalu ingin mendapatkan calon pegawai yang terbaik diantara yang baik karena banyak tersedia ‘’bahan baku’’ nya. Kalau masih ada satu dua, tentunya itu rezeki mereka.
4. Kita harus mempunyai sedikit kelebihan dari orang lain. Mulanya orang lain fasih berbahasa Inggris maka kita harus fasih berbahasa Inggris ditambah bahasa Jepang atau Mandarin dll. Ingat prinsip management Jepang dimana kita harus setengah langkah maju didepan dari orang lain dimana kalau kita berlari lebih cepat setengah langkah didepan dari saingan kita maka apabila kita dikejar harimau maka yang dikejar/ditangkap adalah yang dibelakang.
Penutup
Mempersiapkan diri untuk bekerja mutlak harus dilaksanakan karena kalau tidak maka kita akan tertinggal dari orang lain saingan kita. Dan salah satu yang menjadi bahan pemikiran yang berat bagi para orangtua dewasa ini adalah susahnya mendapat pekerjaan untuk anak. Sudah bukan rahasia umum lagi apabila seseorang ingin diterima disalah satu perusahaan besar atau instansi pemerintah harus menyediakan uang 40 atau 50 juta katanya wah,wah,wah kalau anak ada 4 untuk calon pekerja siapkan uang 200 juta yang sudah habis untuk menyekolahkan anak. Sudah lulus siapkan lagi uang dari mana lagi diperoleh dari Hongkong!.
Semoga Tuhan selalu membantu anak kita yang mencari pekerjaan dan kita orangtuanya. Amin dan Horas…
(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2007)
Era globalisasi dan Perdagangan bebas dewasa ini yang diperparah oleh krisis moneter dan banyaknya para pemodal asing yang memindahkan modalnya ke negara Jiran vietnam, menambah carut marutnya lapangan kerja baru bagi anak negeri. Belum lagi setiap hari adanya demo para pegawai atau buruh yang menuntut kenaikan gaji yang tidak layak fasilitas kerja dan ngejomplangnya gaji antara Asing dan Melayu membuat para pengusaha menjadi gerah. Kesempatan kerja sangat sedikit sedang para pencari kerja melimpah. Para jebolan Perguruan Tinggi tidak segan melamar kerja walaupun kesempatan itu sebenarnya ditujukan untuk jebolan SMA atau SMU. Ratusan ribu baik S1 atau S2 yang membutuhkan lapangan kerja setiap tahun karena Perguruan Tinggi dewasa ini sudah menjamur di kota-kota besar tetapi juga ke kota kecil termasuk kota kecil sipirok yang nota bena hanya ibukota kecamatan tetapi sudah akan direncanakan untuk mendirikan “Universitas Sibualbuali” apabila mantan Keresidenan Tapanuli meningkat statusnya menjadi Propinsi.
I. Bidang Pekerjaan Tidak Harus Sesuai Dengan Pendidikan
Dhea Roy sebut saja begitu sesuai panggilannya dimana nama sebenarnya adalah Elfriede Roy memetik nama Elfriede Harder karena ompungnya adalah seorang ’’Par Haluaon Nagok pautusan’’ (pauatik dengan haluaon nagok). Dimana baik sebelum tidur maupun sesudah bangun pagi selalu menyanyikan lagu dari Haluaon Nagok dilembahToi Sibohi yang terkenal hawa dinginnya.
Dhea Roy sudah selesai test ujinyali masuk Bank Pemerintah sudah selesai pendidikan dan tinggal menandatangani surat perjanjian kerja 3 bulan percobaan dan kalau baik hasilnya dianggap jadi pegawai tetap. Dhea Roy bingung atau dibingungkan oleh sebuah boss di Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) karena Dhea Roy seorang insinyur dibidang Pertanian sedangkan tenaga yang dibutuhkan adalah Teller D3 perbankan. Atas saran Jakudair gurunya akhirnya surat perjanjian ditanda tangani dan 5 tahun kemudian dia dipindahkan ke bagian kredit menjadi analis (naik jabatan). Pada saat Banknya ada penerimaan Analis (S1) untuk bidang pertanian/perkebunan Dhea Roy sudah mantap dibidangnya sesuai kebutuhan atas tenaga Pertanian karena bank tempat kerjanya sedang membiayi perkebunan kelapa sawit di Padang Bolale mantan. Untung Dhea Roy mau mendengar perkataan gurunya karena kalau tidak belum tentu dia bisa diterima karena saingannya sesudah beberapa tahun pasti akan lebih berat lagi mendapatkan lapangan pekerjaansesuai bidang pendidikan dan tingkat Pendidikan. Dewasa ini sudah sangat susah. Walaupun ada saingan sudah ribuan. Lihat saja dimana kalau dibuka bursa tenaga kerja atau oleh salah satu Televisi Swasta yang membutuhkan tenaga ‘’hanya beberapa puluh orang saja’’ maka ribuan orang sudah mendaftar dan seleksi/test diadakan digedung olahraga Senayan Jakarta.
Melihat jumlah orang yang membludak sedemikian rupa saja sebagai peserta sudah pasrah, kalah sebelum bertempur mencari pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan kecuali pendidikan dibidang kurang seperti paramedis, parawisata, perhotelan, transportasi atau kedinasan sudah sangat langka karena lapangan kerja yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya lulusan Perguruan Tinggi (Universitas dan Akademi) sehingga banyak orang berprinsip asal ada kerja dengan status tamatan SMA/SMU saja tidak apa asal ada gaji dam meningkatkan status (maksudnya bekerja tidak jadi pengangguran).
II. Bidang Pekerjaan Tidak Sesuai Dengan Keinginan
Mungkin seseorang sudah mendapat pekerjaan tetapi bidang tersebut bukan bidang yang di senangi atau bidang yang diharapkan, hal tersebut pasti akan membuat dirinya tidak betah atau tidak happy untuk itu perlu kita kaji sbb:
1. Lapangan pekerjaan sudah sangat sempit di Indonesia. Tempat kita kerja sudah ditunggu ribuan orang untuk menggantikan kita, untuk itu sepanjang belum ada tempat lain maka kita harus berusaha bekerja sebaik mungkin karena bidang tersebut memberi kita makan.
2. Kalau kita keluar berarti kita jadi pengangguran berarti menjadi beban orangtua apa tidak malu anak lulusan perguruan tinggi tetapi masih diberi makan oleh orangtua. Kalau kita anak tunggal bisa saja tetapi kalau mereka banyak bisa memusingkan orangtua.
3. Kalau tidak buka saja usaha sendiri sesuai dengan bidang yang disenangi pasti kerjanya nanti bisa santai dan happy.
III. Bidang Pekerjaan Tidak Sesuai Dengan Gaji Yang Diharapkan
Berbicara soal gaji di Indonesia selalu jadi masalah karena :
1. Perusahaan besar Asing selalu membedakan gaji pegawainya antara orang asing dan pribumi sehingga kadang membuat iri para pegawai pribumi dengan jumlah gaji yang sangat tidak seimbang. Contoh beberapa hari yang lalu para pegawai pribumi pertambangan di tembaga pura demo besar soal gaji dan akhirnya tuntutannya diterima dan sekarang mereka sudah bekerja kembali dan perusahan lainnya seiring terjadi hal demikian.
2. Ada ‘’Bank Swasta Nasional’’ yang gaji pegawainya ditetapkan sesuai keturunan (katanya) gaji seorang pegawai pribumi dengan pendidikan S1 masa kerja lima tahun (katanya) lebih kecil dari bangsa keturunan dengan pendidikan D3 dengan masa kerja 0 tahun. Mereka tidak bisa berbuat apa karena ditempat lain tidak ada lowongan. Sai naadong ima di parhajop katanya mengutip palsafah batak.
3. Upah minimum Provinsi.
Untuk para pegawai dipabrik pasar swalayan dan lainnya oleh pemerintah sudah ditetapkan gajinya dengan pengupahan sesuai regional dengan upah minimal provinsi misalnya untuk Jakarta diatas Rp 900.000 tetapi dalam kenyataanya banyak diantara mereka yang sesuai kemampuan perusahaan mereka digaji upah dibawah Upah Minimum Regional/Provinsi(UMR/UMP), hal ini bisa disebabkan kemampuan perusahaan benar terbatas atau memang perusahaan berusaha menekan gaji pegawainya menjadi minimal dibawah UMR/UMP.
Akibatnya sering kita berpikiran atau lihat dimedia kaca para buruh/pegawai demokrasi menuntut upah sesuai UMR.
IV. Membekali Diri Untuk Bersaing
Para pencari kerja sejak dini (mulai SD). Sudah harus mempersiapkan diri untuk bersaing baik untuk melanjutkan pendidikan kejenjangan yang lebih tinggi maupun nantinya untuk mencari pekerjaan. Lapangan kerja yang sangat sempit mengakibatkan para pencari tenaga kerja terutama perusahaan besar dan mapan membuat persyaratan yang ketat antara lain sbb:
1, Lulusan S1 dengan index prestasi keseluruhan (IPK) untuk Universitas Negeri
minimal 2,75 dan Universitas/Perguruan Tinggi Swasta minimal 3,00.
2. Lulus test lisan dan tulisan yang diadakan biasanya 7 atau 8 kali test termasuk wawancara terakhir.
3. Fasih berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dan mampu untuk surat menyurat (koresponden).
4. Mampu mengoperasikan komputer sampai dengan sistem tertentu.
5. Bersedia ditempatkan dimana saja diseluruh Indonesia.
Berarti mereka yang dinilainya dibawah minimal tersebut sudah jelas tidak ada kesempatan lagi untuk bersaing. Dan malahan untuk bidang tertentu ditetapkan lagi. Minimal tinggi badan dll sedangkan gaji tidak disebut karena sudah ada ketentuan dan ketetapan perusahaan yang baku.
V. Jalan Keluar
Bagi seorang pencari kerja dari bidang umum maka perlu diperhatikan sbb :
1. Kita tidak bisa memilih pekerjaan sesuai bidang pendidikan dan sesuai tingkat. Pendidikan kita tetapi apapun pekerjaan itu yang jelas dapat menghidupi diri kita dan itu harus kita sayangi dan laksanakan dengan baik sesuai job yang ada. Kalau ada kepastian mendapat pekerjaan lain yang lebih baik ‘’monggo’’ saja. Ada yang berselorah ‘’sekarang ini mencari kerja yang haram saja sudah susah apa lagi yang halal” katanya.
2. Kita harus mempersiapkan diri sejak dini untuk kebutuhan tersebut diatas tadi untuk les bahasa dan les komputer dll karena hal tersebut akan selalu berkembang.
3. Mengadakan koneksi untuk bekerja bukan zamannya lagi karena baik perusahaan besar maupun Instansi Pemerintah selalu ingin mendapatkan calon pegawai yang terbaik diantara yang baik karena banyak tersedia ‘’bahan baku’’ nya. Kalau masih ada satu dua, tentunya itu rezeki mereka.
4. Kita harus mempunyai sedikit kelebihan dari orang lain. Mulanya orang lain fasih berbahasa Inggris maka kita harus fasih berbahasa Inggris ditambah bahasa Jepang atau Mandarin dll. Ingat prinsip management Jepang dimana kita harus setengah langkah maju didepan dari orang lain dimana kalau kita berlari lebih cepat setengah langkah didepan dari saingan kita maka apabila kita dikejar harimau maka yang dikejar/ditangkap adalah yang dibelakang.
Penutup
Mempersiapkan diri untuk bekerja mutlak harus dilaksanakan karena kalau tidak maka kita akan tertinggal dari orang lain saingan kita. Dan salah satu yang menjadi bahan pemikiran yang berat bagi para orangtua dewasa ini adalah susahnya mendapat pekerjaan untuk anak. Sudah bukan rahasia umum lagi apabila seseorang ingin diterima disalah satu perusahaan besar atau instansi pemerintah harus menyediakan uang 40 atau 50 juta katanya wah,wah,wah kalau anak ada 4 untuk calon pekerja siapkan uang 200 juta yang sudah habis untuk menyekolahkan anak. Sudah lulus siapkan lagi uang dari mana lagi diperoleh dari Hongkong!.
Semoga Tuhan selalu membantu anak kita yang mencari pekerjaan dan kita orangtuanya. Amin dan Horas…
(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar