Rabu, 14 Juli 2010

ARTIKEL: KETIKA TUHAN MENJAWAB

Ajarku mengerti, segala rencana-Mu.
Ajarku berserah, hanya pada-Mu.
Pimpinlah jalanku, dalam terang firman-Mu.
Ajarku berharap hanya pada-Mu.

Dalam sebuah pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP Semper, lagu tersebut dinyanyikan sebagai lagu penutup. Sebuah lagu yang mengajak untuk belajar. Belajar mengerti rencana Tuhan, belajar berserah pada Tuhan dan belajar berharap hanya pada Tuhan. Sebuah proses pembelajaran yang tidak mudah.

Berdoa
Setiap kita pasti pernah berdoa, berbicara dan bercakap-cakap dengan Tuhan. Dalam percakapan itu, kita menyampaikan seluruh isi hati kita kepada-Nya, termasuk kekhawatiran kita. Kekhawatiran dari hal-hal kecil sampai hal yang besar. Tapi sering kali setelah kita berdoa kekhawatiran itu semakin besar. Kekhawatiran yang membuat kita cemas, gelisah, tidak tenang, stress dan lain-lain. Mengapa begitu? Karena doa yang kita lakukan hanyalah komunikasi satu arah. Kita hanya berbicara kepada Tuhan menyampaikan setiap pergumulan kita termasuk jawaban yang kita harapkan untuk Tuhan kabulkan. Kita khawatir jangan-jangan Tuhan tidak menjawab sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Doa adalah komunikasi kita dengan Tuhan. Sebuah percakapan pribadi dua arah dimana kita menyampaikan pergumulan kita kepadaNya dan mendengarkan tanggapanNya sebagai pribadi yang memiliki kehidupan kita. Kemudian kita bersedia untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Tetapi yang sering terjadi adalah kita selalu berharap Tuhan menjawab doa sesuai dengan apa yang menjadi kehendak dan harapan kita. Oleh sebab itulah doa sebuah proses belajar yang tidak mudah, karena tidak mudah untuk mengerti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. (Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yesaya 55:8-9))
Rancangan kita bukanlah rancangan Tuhan, namun apapun yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita pastinya rancangan damai sejahtera. Oleh sebab itu Ia meminta kepada kita berseru dan berdoa kepadanya meminta apa yang menjadi pergumulan hidup kita. Dan Tuhan sendiri berjanji akan mengabulkan doa kita, jika kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya (1 Yohanes 5:14).

Lalu apa yang harus kita pelajari ketika Tuhan menjawab doa-doa kita.

Ketika Tuhan menjawab “YA”

Beberapa tahun yang lalu dalam pertemuan doa syafaat naposobulung HKBP Semper, salah satu pokok doanya adalah teman hidup. Kami berdoa agar kakak-kakak dan abang-abang diberikan teman hidup yang sesuai dengan rencana Tuhan. Hingga saatnya tiba, satu persatu kakak-kakak dan abang-abang mengucapkan janji di depan altar dengan pasangannya masing-masing.
Beberapa waktu setelah satu persatu dari mereka meninggalkan punguan naposobulung, sebagai pengurus NHKBP Semper kami bingung dan panik karena jumlah anggota mengalami penurunan. Hal tersebut tentunya berdampak pula pada jumlah anggota paduan suara yang bernyanyi pada kebaktian setiap Minggunya. Jumlah anggota yang tidak banyak lagi itu mendapat sorotan dari parhalado dan menjadi bahan diskusi kami.
Bingung dan panik, respon pengurus NHKBP Semper atas sebuah doa yang dijawab Tuhan. Sebuah sikap yang menunjukkan ketidaksiapan menerima jawaban doa. Tentunya saat berdoa, kami berdoa dengan iman dan mempercayai bahwa Tuhan pasti menjawab doa kami. Namun kami tidak menyiapkan hati bahwa saat kakak-kakak dan abang-abang mendapatkan pasangan hidupnya masing-masing tentu mereka harus meninggalkan naposobulung. Seharusnya setelah berdoa kami bekerja keras (ora et labora), melakukan perekrutan kepada rekan-rekan naposobulung yang belum aktif sehingga saat kakak-kakak dan abang-abang meninggalkan punguan naposobulung, tidak mempengaruhi jumlah anggota naposobulung.

Ketika Tuhan Menjawab “Tunggu”
Menunggu merupakan sebuah kegiatan yang membosankan. Kita bisa melihat ekspresi orang-orang yang bosan menunggu kedatangan pesawat yang tertunda, menunggu antrian di bank, menunggu antrian di dokter sampai menunggu kedatangan seorang kekasih (wah…, kalo yang ini tentunya bukan hanya bosan tapi plus kesal dan marah juga ya…)
Saat kita berdoa meminta sesuatu, terkadang kita pun harus menunggu. Kita harus menunggu saat kita meminta kesembuhan seorang yang kita kasihi, kita harus menunggu saat meminta pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat kita, kita harus menunggu saat meminta seorang pasangan hidup yang cocok, kita harus menunggu saat meminta pertumbuhan dan perkembangan yang baik untuk anak-anak kita, kita harus menunggu saat meminta agar pelayanan yang kita kerjakan saat ini menghasilkan buah, kita harus menunggu saat kita meminta pemulihan atas bangsa dan negara kita, dan banyak hal lain yang harus kita tunggu setelah kita meminta dan berdoa.
Lalu bagaimana sikap kita saat menunggu? Apakah kita menunggu dengan bersabar dan menyerahkan sepenuhnya pada kehendak Tuhan? Atau kita lebih sering menunjukkan kebosanan, kekesalan bahkan kemarahan pada Tuhan karena doa kita terlalu lama dijawab. Tapi bagaimana sikap Abraham saat menunggu janji yang pernah dikatakan Tuhan kepadanya?
Dalam Kejadian 15 dituliskan tentang perjanjian keturunan antara Abram dan Allah. Abram merasakan ketakutan dan kekhawatiran karena jika ia meninggal tidak akan ada yang menjadi ahli warisnya, kerena ia tidak mempunyai keturunan. Tapi Tuhan menguatkan Abram dan berkata, “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang……, demikianlah banyaknya nanti keturunanmu”. (Dalam perikop tersebut tidak dituliskan berapa usia Abram pada saat itu. Kemungkinan ia belum berusia 86 tahun, karena dalam Kejadian 16 dituliskan Abram berusia 86 tahun ketika Hagar-hamba Sarai isterinya, melahirkan Ismael.)
Saat Abraham berumur 99 tahun Allah mengulangi janjiNya kepada Abraham, bahwa ia akan beranak cucu sangat banyak dan akan menjadi bapa sejumlah bangsa besar (Kej. 17). Kemudian Allah menepati janjiNya, maka mengandunglah Sara-istrinya yang berusia 90 tahun dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishak. Abraham berusia 100 tahun saat Ishak lahir. Selama lebih dari 14 tahun Abraham menunggu penggenapan janji Tuhan. Abraham menunggu dengan sabar dan menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Ia mempercayai apa yang Allah janjikan kepadaNya, dan ia menerima buah dari yang ia percayai.
Selain kisah kepercayaan Abraham, cerita tentang setangkai bunga dan seekor kupu-kupu berikut mengajarkan kita untuk beriman dan percaya saat menunggu jawaban doa.

Once there was a man who asked God for a flower and a butterfly. But instead God gave him a cactus and a caterpillar. The man was sad, he didn’t understand, why his request was mistaken. Then he thought : Oh, well God had too many people to care for… And decided not to question.

After some time, the man went to check up on his request that he had left forgotten. To his surprise, from the thorny and ugly cactus a beautiful flower had grown. And the unsightly caterpillar had been transformed in to the most beautiful butterfly. God always does things right. His way is always the best way, even if to us it seems all wrong.

If you asked God for one thing and received another, TRUST….. You can be sure that He will always give you what you need, at the appropriate time.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11 : 1). Bersabar, berserah, berharap dan tetap beriman/percaya, merupakan sikap yang harus kita tunjukkan saat menunggu jawaban doa. (sebuah pelajaran yang tidak mudah)

Ketika Tuhan Menjawab “Tidak”
Setelah sekian lama berdoa, ternyata doa-doa kita tidak dijawab Tuhan. Apa yang kita minta Tuhan tidak pernah memberikannya. Maka, kita perlu memeriksa hati kita apakah kita sudah berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan, atau kita salah berdoa karena yang kita minta hanyalah keinginan-keinginan untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri oleh sebab itulah kita tidak menerima apa-apa (Yakobus 4 : 3)
Lalu apakah kita marah dan kecewa pada Tuhan saat doa-doa kita tidak dijawabNya? Untuk itulah kita perlu belajar mengerti kehendak dan rencana Tuhan. Belajar untuk untuk tidak hanya memikirkan kehendak kita sendiri saat berdoa, tetapi bagaimana kita mau menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Karena jawaban yang Ia berikan tidak hanya sekedar solusi dari setiap pergumulan kita. Jawaban “tidak” yang Ia berikan mengajarkan kita untuk memperdalam iman dan kepercayaan kita pada hikmat-Nya dan memperkuat kita pada kedaulatan-Nya.

Penutup
Saat kita berdoa tentu kita tidak mengetahui apa yang akan Tuhan berikan untuk jawaban doa kita. Namun yang harus diyakini, Tuhan pasti menjawab setiap doa-doa kita, entah dijawab dengan “ya”, “tunggu” atau pun “tidak”. Apapun jawaban yang Ia berikan, itulah yang terbaik untuk kita. Ia lebih mengetahui apa yang menjadi kebutuhan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Oleh sebab itu kita harus berserah, berharap dan percaya pada-Nya, bahwa kita akan menerima setiap jawaban doa menurut kehendak dan rencana-Nya, karena rencana-Nya indah pada waktu-Nya.

In His time. In His time
He makes all things beautiful in His time.
Lord please show me everyday as You’re teaching me Your way
That You do just what You say in Your time.

Selamat berdoa. Selamat menerima jawaban doa.
Tuhan Yesus memberkati.

(Penulis adalah Uly Panjaitan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Mei 2009)

Tidak ada komentar: