I. Pengantar
Apakah persembahan itu? Teori asal mula persembahan tidak terbatas hanya pada bangsa Israel diantara bangsa-bangsa purba. Zaman bapak-bapak leluhur ada beberapa jenis korban persembahan, antara lain:
1. Minkha: Korban sajian (Kej 4 : 3-4)
2. ‘Ola: Korban bakaran (Kej 8 : 20)
3. Zevakhim : Korban Sembelihan. "Zevakh" makanan persekutuan berupa daging korban persembahan memateraikan perjanjian (Kej 31 : 54)
Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan nama dan bentuk persembahan yang dibawa orang-orang kedalam Bait Allah Tetapi Ia memperhatikan jauh ke dalam lubuk hati orang yang membawa persembahan itu Yesus melihat ketulusan dan kerendahan hati janda miskin yang membawa persembahan kedalam rumah Tuhan. Dorongan-dorongan yang mempengaruhi pemberi itulah yang menentukan nilai persembahan tersebut (II Korintus 8 : 12), bukan berat ringannya "nilai mata uang" yang diberikan.
II. Keterangan
A. Bagaimanakah pandangan Alkitab terhadap janda ?
Secara umum para janda berada pada posisi orang-orang lemah yang patut di lindungi Dalam PL ada beberapa hal penting yang menyinggung tentang kepedulian terhadap janda,yaitu :
1. Disejajarkan dengan orang-orang yang tidak mampu (Kel 22 : 22)
2. Layak mendapat perlindungan (Ulangan 10 : 18) dan penghiburan (Ayub 29 : 13)
3. Allah adalah pelindung dan pembela para janda (Maz 68 : 6 ; Amsal 15 : 25)
Dalam PB dapat kita lihat seperti dibawah ini :
1. Para janda tidak bisa diabaikan (Kis 6 : 1)
2. Para janda harus dihormati dan layak mendapat kunjungan (I Timotius 5:3; Yak 1 : 27)
3. Janda itu sendiri wajib menjaga kehormatan dan kekudusan dirinya (I Tim 5 : 14 )
Tuhan Yesus sendiri menegor orang-orang munafik dan tindakan yang tak terpuji dari orang Farisi karena menelan rumah janda-janda, dengan berpakaian kehormatan mereka mengambil keuntungan dari kelemahan para janda dan tidak mampu memberikan perlindungan (Mark 12 : 40). Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang tetapi hatinya jahat. Yesus mengangkat topik "janda miskin yang tulus hati” datang kerumah Tuhan membawa persembahan. Dalam penglihatan Yesus "janda" itu sendirian saja mempersembahkan seluruh miliknya kepada Allah Dia yakin akan campur tangan Allah yang terus menerus memelihara hidupnya. Allah yang diyakininya mampu memberikan perlindungan kepadanya Janda itu tidak menjadikan "kemiskinannya” menjadi alasan untuk menghentikan langkahnya datang ke rumah Tuhan membawa persembahan. Menurut pengamatan Yesus persembahan sebesar 2 peser (Yun : Lepta, mata uang tembaga yang paling kecil nilainya), jauh lebih berharga dari pada semua uang yang dimasukkan kedalam peti persembahan.
B. Apakah yang sepatutnya diperoleh seorang janda dari masyarakat di sekitamya ?
Seorang janda dalam lingkungan masyarakat dimana dia tinggal, tidak selamanya dikategorikan miskin, sebab adakalanya penghasilan seorang janda karena ketrampilan yang dimiliki menjadikan kehidupannya lebih sejahtera dari keluarga yang masih utuh (suami-isteri yang masih lengkap). Justru para janda yang sudah lama ditinggal suami banyak diantara mereka mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa karena keteguhan hatinya yang selalu berserah kepada Tuhan (Gumodang do pasu-pasu ni Debata tu Ina namabalu, ai Jahowa do na gabe Ama di nasida, sumarihon huhut mangondihon ngoluna dohot keluargana). Demikian juga janda yang ditinggal suami dalam keadaan terhitung mampu, namun demikian para janda wajib dilindungi. Kesejahteraan hidup seorang janda tidak hanya dilihat dari kepemilikan barang-barang dunia (wujud bendawi) saja, sebab dengan memiliki semuanya itu bukan berarti seorang janda bebas dari ancaman kejahatan dan penderitaan, Paulus menyarankan para janda “yang benar-benar" (janda yang tidak punya sanak saudara) harus giat dan mantap dalam kewajiban-kewajiban gereja, wajib diberi tugas khusus dan menjadi tanggung jawab gereja. Daftar janda harus dibuat, yang didaftarkan hanya mereka yang berusia 60 tahun dan telah terbukti bekerja dengan baik, misalnya : mengasuh anak, bersedia memberi tumpangan dan menolong saudara seiman yang kesusahan (1 Tim. 5:9- 10). Secara garis besarnya kita sudah melihat penderitaan para janda yang hidup miskin maupun yang tergolong dalam kategori keluarga mampu, namun demikian penderitaan yang mereka alami tetap saja ada, untuk itu disarankan dari pihak gereja dan masyarakat setempat harus memberikan simpati dan perlindungan. Beberapa alasan ini sangat mendukung seorang janda miskin tidak wajib membawa persembahan kerumah Tuhan sebab mereka adalah tanggungan Gereja. Tetapi ketulusan seorang janda miskin yang membawa persembahan senilai “dua peser" mendapat nilai tertinggi dimata Tuhan Yesus dibandingkan dengan semua persembahan yang ada dalam tempat persembahan dirumah Tuhan.
III. Penutup
Bagaimanakah Yesus dapat tahu akan banyaknya persembahan janda itu, dapat dikatakan bahwa mungkin la mengetahui dengan alat-alat yang biasa saja, hal itu tidak dikatakan. Bagi kita orang percaya, kita meyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah, kita meyakini bahwa la mampu melihat jauh kedalam lubuk hati kita dan setiap orang yang percaya kepada-Nya, yang datang membawa persembahan kerumah Tuhan. Bagi Yesus bukan besar kecilnya nilai uang yang dipersembahkan tetapi dorongan-dorongan yang menyentuh hatinya untuk menyerahkan persembahan yang tulus kepada Tuhan.
Hakekat dari segala persembahan yang sebenarnya adalah pengorbanan, dan nilai tiap persembahan adalah relatip, tidak mutlak. Namun demikian setiap orang wajib memberikan persembahan yang menyenangkan hati Tuhan dan harum dihadapan-Nya. Jika janda miskin mampu memberikan dua peser dengan hati yang tulus, bagaimanakah seorang warga gereja yang baik memberikan persembahan?
(Penulis adalah Pdt. KE Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2005)
Apakah persembahan itu? Teori asal mula persembahan tidak terbatas hanya pada bangsa Israel diantara bangsa-bangsa purba. Zaman bapak-bapak leluhur ada beberapa jenis korban persembahan, antara lain:
1. Minkha: Korban sajian (Kej 4 : 3-4)
2. ‘Ola: Korban bakaran (Kej 8 : 20)
3. Zevakhim : Korban Sembelihan. "Zevakh" makanan persekutuan berupa daging korban persembahan memateraikan perjanjian (Kej 31 : 54)
Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan nama dan bentuk persembahan yang dibawa orang-orang kedalam Bait Allah Tetapi Ia memperhatikan jauh ke dalam lubuk hati orang yang membawa persembahan itu Yesus melihat ketulusan dan kerendahan hati janda miskin yang membawa persembahan kedalam rumah Tuhan. Dorongan-dorongan yang mempengaruhi pemberi itulah yang menentukan nilai persembahan tersebut (II Korintus 8 : 12), bukan berat ringannya "nilai mata uang" yang diberikan.
II. Keterangan
A. Bagaimanakah pandangan Alkitab terhadap janda ?
Secara umum para janda berada pada posisi orang-orang lemah yang patut di lindungi Dalam PL ada beberapa hal penting yang menyinggung tentang kepedulian terhadap janda,yaitu :
1. Disejajarkan dengan orang-orang yang tidak mampu (Kel 22 : 22)
2. Layak mendapat perlindungan (Ulangan 10 : 18) dan penghiburan (Ayub 29 : 13)
3. Allah adalah pelindung dan pembela para janda (Maz 68 : 6 ; Amsal 15 : 25)
Dalam PB dapat kita lihat seperti dibawah ini :
1. Para janda tidak bisa diabaikan (Kis 6 : 1)
2. Para janda harus dihormati dan layak mendapat kunjungan (I Timotius 5:3; Yak 1 : 27)
3. Janda itu sendiri wajib menjaga kehormatan dan kekudusan dirinya (I Tim 5 : 14 )
Tuhan Yesus sendiri menegor orang-orang munafik dan tindakan yang tak terpuji dari orang Farisi karena menelan rumah janda-janda, dengan berpakaian kehormatan mereka mengambil keuntungan dari kelemahan para janda dan tidak mampu memberikan perlindungan (Mark 12 : 40). Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang tetapi hatinya jahat. Yesus mengangkat topik "janda miskin yang tulus hati” datang kerumah Tuhan membawa persembahan. Dalam penglihatan Yesus "janda" itu sendirian saja mempersembahkan seluruh miliknya kepada Allah Dia yakin akan campur tangan Allah yang terus menerus memelihara hidupnya. Allah yang diyakininya mampu memberikan perlindungan kepadanya Janda itu tidak menjadikan "kemiskinannya” menjadi alasan untuk menghentikan langkahnya datang ke rumah Tuhan membawa persembahan. Menurut pengamatan Yesus persembahan sebesar 2 peser (Yun : Lepta, mata uang tembaga yang paling kecil nilainya), jauh lebih berharga dari pada semua uang yang dimasukkan kedalam peti persembahan.
B. Apakah yang sepatutnya diperoleh seorang janda dari masyarakat di sekitamya ?
Seorang janda dalam lingkungan masyarakat dimana dia tinggal, tidak selamanya dikategorikan miskin, sebab adakalanya penghasilan seorang janda karena ketrampilan yang dimiliki menjadikan kehidupannya lebih sejahtera dari keluarga yang masih utuh (suami-isteri yang masih lengkap). Justru para janda yang sudah lama ditinggal suami banyak diantara mereka mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa karena keteguhan hatinya yang selalu berserah kepada Tuhan (Gumodang do pasu-pasu ni Debata tu Ina namabalu, ai Jahowa do na gabe Ama di nasida, sumarihon huhut mangondihon ngoluna dohot keluargana). Demikian juga janda yang ditinggal suami dalam keadaan terhitung mampu, namun demikian para janda wajib dilindungi. Kesejahteraan hidup seorang janda tidak hanya dilihat dari kepemilikan barang-barang dunia (wujud bendawi) saja, sebab dengan memiliki semuanya itu bukan berarti seorang janda bebas dari ancaman kejahatan dan penderitaan, Paulus menyarankan para janda “yang benar-benar" (janda yang tidak punya sanak saudara) harus giat dan mantap dalam kewajiban-kewajiban gereja, wajib diberi tugas khusus dan menjadi tanggung jawab gereja. Daftar janda harus dibuat, yang didaftarkan hanya mereka yang berusia 60 tahun dan telah terbukti bekerja dengan baik, misalnya : mengasuh anak, bersedia memberi tumpangan dan menolong saudara seiman yang kesusahan (1 Tim. 5:9- 10). Secara garis besarnya kita sudah melihat penderitaan para janda yang hidup miskin maupun yang tergolong dalam kategori keluarga mampu, namun demikian penderitaan yang mereka alami tetap saja ada, untuk itu disarankan dari pihak gereja dan masyarakat setempat harus memberikan simpati dan perlindungan. Beberapa alasan ini sangat mendukung seorang janda miskin tidak wajib membawa persembahan kerumah Tuhan sebab mereka adalah tanggungan Gereja. Tetapi ketulusan seorang janda miskin yang membawa persembahan senilai “dua peser" mendapat nilai tertinggi dimata Tuhan Yesus dibandingkan dengan semua persembahan yang ada dalam tempat persembahan dirumah Tuhan.
III. Penutup
Bagaimanakah Yesus dapat tahu akan banyaknya persembahan janda itu, dapat dikatakan bahwa mungkin la mengetahui dengan alat-alat yang biasa saja, hal itu tidak dikatakan. Bagi kita orang percaya, kita meyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah, kita meyakini bahwa la mampu melihat jauh kedalam lubuk hati kita dan setiap orang yang percaya kepada-Nya, yang datang membawa persembahan kerumah Tuhan. Bagi Yesus bukan besar kecilnya nilai uang yang dipersembahkan tetapi dorongan-dorongan yang menyentuh hatinya untuk menyerahkan persembahan yang tulus kepada Tuhan.
Hakekat dari segala persembahan yang sebenarnya adalah pengorbanan, dan nilai tiap persembahan adalah relatip, tidak mutlak. Namun demikian setiap orang wajib memberikan persembahan yang menyenangkan hati Tuhan dan harum dihadapan-Nya. Jika janda miskin mampu memberikan dua peser dengan hati yang tulus, bagaimanakah seorang warga gereja yang baik memberikan persembahan?
(Penulis adalah Pdt. KE Limbong, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Agustus 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar