Rabu, 03 November 2010

ARTIKEL: HKBP DAN PENATALAYANAN

A. Pendahuluan
Pada saat membaca buku: Turi–turian ni halak Sipirok banggo–banggo dengan judul : ”Halilian”, tulisan Prof. DR. H. Abdul Rahman Ritonga, M.Pd yang diterbitkan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Sumatera Utara – 2006. Penulis manggut–manggut melihat rapinya Administrasi Gereja HKBP Sipirok dimana seorang Islam yang bertitel Prof. DR. Haji lagi masih bisa menyelusuri riwayat hidup bapaknya seorang guru zending zaman dahulu melalui Gereja. Bapaknya bernama Adam tetapi lebih dikenal dengan guru Daud, lahir pada tanggal 4 April 1890 dibaptis tanggal 13 April 1890. Nomor urut TAFT 1098 di Gereja HKBP Sipiirok. Pada tahun 2003 penulis pulang kampung dalam rangka penulisan sejarah Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA) sebelumnya bernama HKBP Hutaraja dipajae (dimandirikan) oleh HKBP menjadi HKBP-A dan terakhir GKPA. GKPA Hutaraja Ressort Sipirok berencana melaksanakan Mameakhon Batu Ojahan dan Mangopoi Gereja (MBOM) untuk itu perlu sejarah Gereja. Pada saat menentukan tanggal kelahiran gereja atau mengambil berdirinya kebaktian pertama, berdirinya gereja, diresmikan menjadi parmingguon dan sebagainya masing–masing peserta rapat memberikan pendapat tapi saat ditanyakan data/dokumen autentik sebagai dasar, ternyata tidak ada seorangpun yang bisa menetapkan/menunjukkan data autentik. Tetapi Sintua Amaran Siahaan memberi masukan, bukankah kita bisa melihat dari Buku Godang katanya pada saat ditanyakan kepada voorganger GKPA Hutaraja dimana ”Buku Godang” Buku catatan / registrasi gereja ternyata Sintua Robinson Sihotang menyimpannya malahan dia sudah mempunyai foto copy lembar pertama dimana tertulis tanggal 25 Desember 1867 Lonian Siregar dibaptis menjadi Abraham Siregar oleh Zendeling DR. August. W. Schreiber di Parausorat, Beliau dibaptis bersama 36 orang lainnya, dan jadilah tanggal tersebut ditetapkan menjadi tanggal berdirinya HKBP sekarang GKPA Hutaraja. Dikemudian hari Abraham Siregar ini adalah salah satu Raja Kristen pertama didaerah Sipirok yang di angkat Belanda sesuai pemilihan model pemilu sekarang ini

B. Penatalayanan Administrasi
Seperti kita telah ketahui sejak ayam berkokok tanggal 1 Januari 2010 sesuai dengan spanduk yang terbentang didalam setiap Gereja HKBP, bahwa tahun 2010 ini adalah tahun penatalayanan. Setelah tiga tahun sebelumnya adalah tahun–tahun Koinonia, Marturia dan Diakonia. Tahun penatalayanan dimaksudkan untuk menata kembali pelayanan yang ada, ditata dimana adanya kekurangan–kekurangan atas pelayanan yang ada.
Hal ini diperlukan untuk melakukan persiapan dalam menghadapi tahun 2011 sebagai tahun Jubelium 150 tahun HKBP, dengan harapan dalam menghadapi jubelium 150 tahun HKBP tersebut semuanya sudah tertata rapi, mana–mana yang bolong udah ditambah/ diganti dengan yang baru dan yang masih kurang lengkap maka dilengkapi dan sempurnalah semuanya dan jubelium 150 tahun HKBP tinggal beres dan mulus semuanya dan lihat saja sedemikian pentingnya untuk memenuhi penatalayanan tersebut HKBP harus mengadakan Synode Godang Istimewa mulai tanggal 14 September 2010 di Sipaholon dengan agenda khusus, ”Penyempurnaan Aturan dan Peraturan HKBP tahun 2002–2004”.
Sekarang sudah abad ke-21 dengan perangkat semua canggih baik dalam bentuk komunikasi maupun dalam bentuk administrasi. Menata Administrasi dengan mempergunakan alat canggih yang dikatakan komputer tersebut seharusnya dalam setahun ini kita sudah bisa selesaikan seluruh nama–nama jemaat, anggota keluarga, data-data kelahiran, baptis, sidi, kawin, pindah ketempat lain atau pindah kehadirat Tuhan . Data–data ini langsung bisa dilihat hanya dengan menekan beberapa tombol (kalau boleh dikatakan hanya menyentuh tombol tersebut) maka keluarlah data–data yang diinginkan tidak perlu membolak balik lembaran kertas model tulisan pada pendahuluan tadi, dan bisa kita lihat dibeberapa Gereja di Jakarta bahwa siapa–siapa yang berulang tahun jemaat gerejanya dalam seminggu ini sudah bisa dilihat. Juga data–data setiap keluarga sesuai dengan abjad bisa dilihat dengan cepat penataan kembali mengenai pelayanan Gereja. Menata kembali Pelayanan gereja kepada jemaatnya tentunya kita harus mulai dari Anggota Majelis (Parhalado) kepada jemaat yang ada. Apakah mereka sudah benar mengenal sifat Jemaat yang akan dilayani dengan baik dimana jemaat tersebut adalah:
1. Jemaat adalah manusia yang mau membantu sesuai dengan kemampuan dan kesempatan mereka adalah manusia penolong yang baik dalam berinteraksi dengan efektip dalam melakukan kegiatan sosial. Asal terlebih dahulu ada pendekatan secara personal (Personal Approach).
2. Jemaat menyukai ada hubungan baik dimana mereka menginginkan adanya hubungan persahabatan yang menyukai adanya kerjasama yang baik dan hubungan terbuka.
3. Jemaat menyukai adanya persetujuan atas usul–usul yang disampaikan terhadap kekurangan–kekurangan yang ada untuk sama–sama memperbaiki dan saling melengkapi, mereka juga merasa bahwa mereka juga mempunyai sense of belonging atas gerejanya. Sepanjang jemaat masih mau memberikan koreksi atas sesuatu hal berarti mereka masih memperhatikan. Bagaimana kalau jemaat hanya diam saja, datang kegereja pada hari minggu, selesaikan administrasi kewajiban sebagai jemaat titik.
4. Jemaat konvensional dimana mereka itu adalah yang selalu menurut sesuai dengan kebiasaan dan tidak memberikan komentar apa–apa, pokoknya setuju saja.
5. Jemaat yang tergantung kepada apa yang ditetapkan oleh keputusan bersama yang resmi melalui rapat jemaat yang model begini biasanya suka memberikan masukan tetapi diterima atau tidak dia tetap menerima dengan baik.
6. Jemaat yang suka menghindar dimana apapun kegiatan gereja dia berusaha untuk tidak ikut terjun kedalamnya dengan alasan banyak pekerjaan, sibuk tidak sempat dan lain– lain. Sebenarnya bukan hanya dia saja yang sibuk banyak pekerjaan dan tidak sempat hanya orang lain ini menyempatkan diri sebagai kewajiban dia untuk gereja.
7. Jemaat yang suka menentang atas usul atau pendapat orang lain. Manusia model begini biasanya hanya pendapat dia yang benar dan harus dilaksanakan. orang yang menyanggah usul atau pendapat dia dianggap penentang berarti musuh begitu pemikirannya.
8. Jemaat yang suka kompentensi dimana pekerjaan atau pelaksanaan tugas haru lebih akurat, perfeksionis dan idealis selalu menuntut hasil kerja yang tinggi dimana orientasinya adanya details .
9. Jemaat yang benar–benar ingin berbuat sesuatu untuk gerejanya sesuai dengan apa yang bisa dia berikan. Biasanya orang model begini selalu menganggap bahwa hanya itu yang dia berikan kegerejanya.
10. Jemaat yang berorientasi kepada hasil dimana dengan melakukan sesuatu kewajiban dengan baik dan ingin tahu bagaimana dan mengapa hasilnya terjadi seperti itu dia berpikir secara rasional. Dia tertarik kepada hasil, konsekuensi, manfaat dan implikasinya terhadap ide.
Pengetahuan atas pola perilaku jemaat berguna untuk:
1. Melibatkan orang dalam melibatkan keputusan.
2. Aturan, kebijakan dan prosedur yang ada menjadi nilai sejauh mana bisa ditetapkan.
3. Menghindari terjadinya konflik yang mungkin terjadi dan menghargai wewenang dan
tanggung jawab seseorang.
4. Agar peduli kepada pemikiran dan perasaan orang yang terlibat.
5. Perlu untuk lebih berhati hati dalam mengambil resiko.

C. Pola Pendekatan Kepada Jemaat
Setelah mengenal dan mengetahui pola pemikiran jemaat dilingkungan (lunggu) masing–masing maka bisa kita terapkan pola pendekatan kepada jemaat dengan tipe:
1. Tipe penonton yaitu jemaat yang tidak yang terjun aktif tetapi hanya sebagai penonton saja, dan dia selalu melaksanakan kewajiban yang menjadi bebannya:
a. Menyediakan waktu untuk perkunjungan secara informal dan santai. Hal ini perlu untuk menghidari situasi yang formal dan kaku.
b. Tetap ramah dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan dan kebutuhannya.
c. Tunjukan empati terhadap harapan jemaat.
d. Tunjukkan posisi jemaat dalam operational gereja.
e. Perhatkan juga dan tunjukkan kelebihan jemaat tersebut dalam melaksanakan tugas pengabdian digereja baik dalam pemikiran maupun kemampuannya.
f. Adakah pendekatan apabila ada keberatannya dengan memberikan informasi yang jelas dan mantap.
g. Sediakan waktu membina hubungan yang baik pada waktu yang akan datang.
2. Tipe pengendali yaitu jemaat yang ingin selalu menjadi penentu dalam setiap kebijakan sbb:
a. Siapakah diri anda dalam mengadakan kunjungan perihal apa yang akan disampaikan.
b. Fokus harus ditetapkan satu yang menjadi prioritas utama dalam kunjungan/ pendekatan dan jangan terbawa arus kepada keinginan pribadi jemaat.
c. Pendapat/usul jemaat terhadap seseorang atau suatu perubahan jangan langsung ditanggapi tuntas tetapi bisa dibawa dalam forum yang lebih luas.
d. Hati–hati dan hindari mendominasi jalan nya pendiri oleh satu pihak saja agar masing–masing pihak bisa menyatakan pendapat dan memberikan jawaban atas usul atau pendapat tersebut.
e. Berikan perhatian yang khusus pada usul yang belum terselesaikan pada kunjungan berikutnya.
f. Tetap berbicara pada urusan sosial dan jauhkan dari masalah bisnis.
3. Tipe Promotor.
Untuk tipe pronotor itu perlu kita perhatikan hal berikut:
a. Tentukan tujuan kunjungan secara akurat agar tidak terjadi penyimpangan diluar acara.
b. Tunjukan simpati anda atas usul, saran dan rencana–rencana yang diusulkannya untuk perbaikan kondisi dan pelayanan di gereja .
c. Jelaskan akan rencana–rencana gereja pada hari–hari yang akan datang dan harapan yang akan dicapai.
d. Harus disadari bahwa kedua belah pihak sama–sama menginginkan bersama jemaat pada hari–hari yang akan datang.
e. Tetaplah menjaga hubungan baik agar tercapai hasil sesuai dengan harapan pada masa–masa yang akan datang.

D. Penutup
Penataan kembali baik administrasi maupun pelayanan kepada jemaat gereja agar, baik gereja maupun jemaat bisa mencapai harapan masing–masing dimana adanya kesepakatan yang diterima oleh kedua pihak, juga adanya kepuasan apabila hasilnya sudah terlihat dan adanya hubungan yang saling menghargai diantara baik Anggota Majelis dan Jemaat Gereja. Era globalisasi dan perdagangan bebas dewasa ini membuat banyak kemudahan–kemudahan bagi jemaat dan juga banyak gereja pilihan. Jangan nanti kita marah, kecewa dan mencak mencak serta menuduh yang tidak–tidak kepada jemaat kita yang berhasil dijala oleh gereja lain. Renungkan dan Evaluasi pelayanan kita sesuai dengan penetapan tahun 2010 adalah tahun Penatalayanan dalam menyambut tahun Jubelium 2011 yaitu Tahun Jubelium 150 tahun HKBP Nabolon i dan jangan lupa akan tempat lahirnya HKBP. Selamat berulang tahun yang ke 149 HKBP tercinta, pada tanggal 7 Oktober 2010. Jayalah HKBP dan TUHAN selalu bersama kita, Amin dan Horas.

(Penulis adalah Kamaruli Pohan Siahaan, tulisan ini dimuat dalam Buletin Narhasem Edisi Oktober 2010)

Tidak ada komentar: